Rangkuman Webinar Excellent Infotama Kreasindo : "Proxmox VE: Virtualisasi Andal untuk Bisnis Anda" bersama Gold Partner Proxmox Indonesia

 

📅Rabu, 14 Mei 2025
🕐 Pukul 09.00 - 11.00 WIB

Tugas 021 :

Proxmox VE: Virtualisasi Andal untuk Bisnis Anda

Moderator: Ratu Ika

Speaker:  Muhammad Zaidan


    Dalam sesi ini, dijelaskan bahwa PT Excellent Infotama Kreasindo merupakan salah satu penyedia solusi teknologi informasi yang telah lama menjadi mitra resmi dari berbagai penyedia layanan TI ternama. Perusahaan ini merupakan Zimbra Gold Partner Solution di Indonesia dan telah menjadi partner resmi Proxmox sejak tahun 2016. Pada Februari 2025, Excellent Infotama Kreasindo berhasil meraih status “Gold Partner” untuk layanan Proxmox, sebuah pencapaian yang menegaskan komitmen dan kapabilitas mereka dalam menghadirkan solusi Proxmox kepada pelanggan di Indonesia. Selain Proxmox dan Zimbra, PT Excellent juga bekerja sama dengan sejumlah mitra teknologi lainnya seperti Nakivo, Mailborder, Comodo, VMware, dan Untangle. Informasi kontak dan alamat perusahaan juga turut disampaikan untuk memudahkan komunikasi dan konsultasi lebih lanjut bagi peserta webinar yang tertarik menjalin kerja sama.

    Dalam sesi materi webinar, para peserta mendapatkan pemahaman menyeluruh mengenai berbagai fitur unggulan Proxmox Virtual Environment (VE). Materi dimulai dengan Overview Proxmox yang menjelaskan gambaran umum mengenai platform ini sebagai solusi open source untuk virtualisasi server. Dilanjutkan dengan pembahasan tentang Migrasi ke Proxmox VE, yang menjelaskan langkah-langkah dan manfaat memigrasikan infrastruktur TI ke dalam lingkungan Proxmox. Topik Clustering kemudian memperkenalkan bagaimana beberapa server dapat diatur dalam satu kesatuan klaster untuk mendukung skalabilitas dan efisiensi. Materi Shared Storage - Ceph membahas solusi penyimpanan terdistribusi yang terintegrasi dengan Proxmox, mendukung ketersediaan data secara optimal. Selanjutnya, fitur Live Migration & High Availability dijelaskan sebagai keunggulan Proxmox dalam memindahkan beban kerja antar node tanpa downtime serta menjamin ketersediaan layanan. Terakhir, Backup & Restore disampaikan sebagai bagian penting dari strategi perlindungan data yang efektif di lingkungan Proxmox VE.

     Latar belakang Proxmox Server Solutions GmbH, sebuah perusahaan asal Wina, Austria yang dikenal sebagai pengembang solusi open source untuk manajemen server. Didirikan pada tahun 2005 oleh Martin Maurer dan Dietmar Maurer, Proxmox telah menghadirkan berbagai produk andalan untuk mendukung kebutuhan infrastruktur TI modern. Tiga produk utama yang diperkenalkan dalam sesi ini meliputi: Proxmox Mail Gateway (2005), yang berfungsi sebagai solusi keamanan email dengan fitur penyaringan spam; Proxmox Virtual Environment (2008), sebuah platform virtualisasi server yang tangguh dan fleksibel; serta Proxmox Backup Server (2020), yang menyediakan solusi pencadangan canggih untuk lingkungan Proxmox VE. Dengan pengalaman dan inovasi berkelanjutan, Proxmox menjadi pilihan tepat bagi bisnis yang menginginkan sistem virtualisasi yang andal dan efisien.

    Proxmox Virtual Environment (VE) merupakan solusi virtualisasi open source yang handal untuk mengelola mesin virtual berbasis KVM maupun container berbasis LXC. Dengan antarmuka web yang intuitif, Proxmox VE mendukung implementasi multi-server atau clustering, sehingga memudahkan pengelolaan infrastruktur skala besar. Dalam webinar ini, dijelaskan berbagai fitur unggulan Proxmox VE seperti kemampuan clustering, live migration, high availability (HA), dukungan terhadap berbagai format penyimpanan, serta fitur backup dan snapshot yang telah terintegrasi secara built-in. Fitur-fitur ini membuat Proxmox VE menjadi platform virtualisasi yang efisien, fleksibel, dan cocok untuk kebutuhan bisnis di berbagai skala.

    Proxmox VE dirancang untuk mendukung berbagai jenis sistem penyimpanan (storage), mulai dari lokal seperti ZFS dan Directory, hingga jaringan seperti NFS, iSCSI, dan Proxmox Backup Server. Fleksibilitas ini memungkinkan integrasi dengan berbagai infrastruktur TI yang sudah ada. Selain itu, Proxmox VE dilengkapi dengan fitur pemantauan sumber daya virtual machine (VM) secara real-time, seperti penggunaan CPU dan memori, sehingga administrator dapat dengan mudah memantau performa dan memastikan kestabilan layanan. Fitur monitoring ini sangat membantu dalam pengelolaan beban kerja dan perencanaan kapasitas sistem virtualisasi secara keseluruhan.

    Proxmox VE memiliki beragam fitur unggulan yang menjadikannya solusi virtualisasi yang tangguh dan fleksibel. Sebagai platform open-source yang berbasis Debian Linux, Proxmox VE tersedia secara gratis dan terus dikembangkan oleh komunitas global. Sistem ini mendukung migrasi dari platform virtualisasi lain seperti VMware ESXi, sehingga memudahkan transisi bagi organisasi yang ingin beralih. Dengan fitur built-in clustering, pengguna dapat mengelola beberapa server secara terpusat. Selain itu, Proxmox VE juga dilengkapi dengan tool backup bawaan, kemampuan live migration dan high availability, serta dukungan untuk teknologi virtualisasi KVM dan container LXC. Model lisensinya yang berbasis per socket menjadikannya solusi yang efisien untuk berbagai skala kebutuhan bisnis.

Fitur Proxmox VE: Migrasi dari Platform Lain


    Proxmox menyediakan beberapa cara yang fleksibel untuk melakukan import VM, memastikan transisi yang mulus bagi pengguna. Pertama, pengguna dapat memanfaatkan Native Tool yang tersedia dalam Proxmox VE, khususnya untuk melakukan import VM dari lingkungan ESXi. Opsi kedua adalah melalui import file VM secara langsung, di mana Proxmox mendukung format file .ovf dan .vmdk yang umum digunakan. Terakhir, Proxmox juga memungkinkan penggunaan aplikasi pihak ketiga seperti Clonezilla untuk proses migrasi VM yang lebih spesifik dan kompleks. Fleksibilitas dalam opsi migrasi ini menunjukkan kemudahan adopsi Proxmox VE bagi berbagai infrastruktur virtualisasi yang sudah ada.

    Mengenai opsi migrasi menggunakan Native Tool, webinar ini menjelaskan langkah-langkah spesifik untuk melakukan import VM dari lingkungan ESXi. Prosesnya dimulai dengan menghubungkan server Proxmox VE dengan server ESXi yang menjadi sumber VM. Untuk melakukan ini, pengguna perlu mengakses menu Datacenter pada antarmuka Proxmox VE, kemudian memilih Add Storage, dan selanjutnya memilih opsi ESXi. Pada jendela konfigurasi yang muncul, pengguna diminta untuk memasukkan detail server ESXi, termasuk alamat server, username, dan password untuk otentikasi. Setelah berhasil ditambahkan, Proxmox VE akan dapat mengakses dan menampilkan penyimpanan yang ada pada server ESXi, memudahkan proses pemilihan dan import VM yang diinginkan. Fitur ini menyederhanakan proses migrasi bagi pengguna yang sebelumnya telah menggunakan infrastruktur virtualisasi berbasis ESXi.

    Setelah berhasil menghubungkan Proxmox VE dengan server ESXi, langkah selanjutnya dalam proses import VM menggunakan Native Tool adalah memilih mesin virtual yang akan dimigrasikan. Pengguna dapat menavigasi melalui tampilan inventaris ESXi yang terintegrasi di dalam antarmuka Proxmox VE. Dengan memilih server ESXi yang telah ditambahkan, kemudian masuk ke menu Virtual Guests, pengguna akan melihat daftar VM yang tersedia pada server ESXi tersebut. Untuk memulai proses import, pengguna cukup memilih VM yang diinginkan dan mengklik opsi Import. Setelah itu, akan muncul jendela konfigurasi import yang memungkinkan pengguna untuk meninjau dan menyesuaikan berbagai parameter VM yang akan diimpor ke Proxmox VE, seperti ID VM, nama, resource allocation (CPU, memori, disk), serta target penyimpanan dan jaringan di lingkungan Proxmox VE. Proses ini memberikan kontrol penuh kepada pengguna selama migrasi VM.

    Setelah melalui proses konfigurasi dan import, VM yang sebelumnya berada di lingkungan ESXi kini berhasil dimigrasikan dan berjalan di atas platform Proxmox VE. Hal ini ditandai dengan munculnya VM yang telah diimpor dalam daftar Virtual Machine di antarmuka Proxmox VE, lengkap dengan statusnya yang menunjukkan bahwa VM tersebut aktif. Selain itu, tampilan console VM juga dapat diakses, memperlihatkan sistem operasi di dalamnya yang berjalan dengan baik. Keberhasilan migrasi ini menegaskan kemudahan dan efektivitas Native Tool Proxmox VE dalam memindahkan beban kerja virtual dari infrastruktur ESXi ke lingkungan Proxmox VE, memfasilitasi adopsi Proxmox bagi pengguna yang ingin memanfaatkan keunggulan platform virtualisasi open-source ini.

    Selain menggunakan Native Tool, webinar ini juga membahas opsi import VM melalui file yang telah disiapkan. Untuk metode ini, terdapat dua hal yang perlu disiapkan terlebih dahulu, yaitu VM kosong yang telah dibuat di Proxmox VE dan file VM yang akan diimpor (dalam format seperti .ovf atau .vmdk). Proses import file VM melibatkan konfigurasi Hardware pada VM kosong yang telah dibuat, di mana pengguna perlu menambahkan Hard Disk baru. Pada saat penambahan Hard Disk, pengguna akan diberikan opsi untuk mengunggah atau memilih file disk yang akan diimpor. Gambar di sisi kanan menunjukkan contoh proses import disk yang sedang berjalan melalui baris perintah, di mana file Test-VM1.vmdk sedang diunggah dan diimpor ke dalam disk VM dengan ID 121. Proses ini memungkinkan pengguna untuk membawa VM dari berbagai platform virtualisasi lain asalkan file VM-nya tersedia dalam format yang didukung oleh Proxmox VE.

    Setelah proses import file VM selesai, file disk yang berhasil diunggah akan berstatus sebagai "unused disk" pada konfigurasi Hardware VM yang telah dibuat sebelumnya. Langkah selanjutnya adalah mengasosiasikan unused disk ini dengan VM agar dapat digunakan. Caranya adalah dengan memilih unused disk tersebut (dalam contoh gambar adalah datavm-121-disk-1) dan kemudian mengklik tombol "Add". Tindakan ini akan memunculkan jendela konfigurasi "Add Unused Disk". Pada jendela ini, pengguna dapat meninjau detail disk yang akan ditambahkan dan melakukan konfigurasi tambahan jika diperlukan, seperti memilih Bus Device dan opsi Cache. Setelah konfigurasi selesai, dengan mengklik tombol "Add", unused disk tersebut akan terhubung dengan VM, sehingga VM kini memiliki disk virtual yang berisi data dari file yang diimpor dan siap untuk dijalankan. Proses ini memastikan bahwa data VM dari file eksternal dapat diintegrasikan ke dalam VM Proxmox VE dengan mudah.

    Setelah berhasil menambahkan unused disk ke VM, langkah krusial berikutnya dalam proses import file VM adalah mengatur boot order. Pengguna perlu memastikan bahwa disk virtual yang baru diimpor (yang sebelumnya berstatus unused disk) menjadi prioritas utama dalam urutan booting VM. Hal ini dilakukan melalui menu Options pada konfigurasi VM, kemudian memilih Boot Order dan memindahkan disk impor ke posisi teratas dalam daftar. Setelah boot order diatur dengan benar, VM hasil import dapat dijalankan. Gambar di sisi kanan menunjukkan VM yang berhasil diimpor dan sedang berjalan, ditandai dengan tampilan console yang menampilkan sistem operasi Ubuntu yang sedang aktif. Langkah ini memastikan bahwa VM dapat melakukan booting dari disk yang berisi data yang telah diimpor.

    Opsi migrasi VM yang ketiga yang dibahas dalam webinar adalah penggunaan aplikasi pihak ketiga, dalam hal ini dicontohkan dengan Clonezilla. Clonezilla merupakan alat open-source yang handal untuk melakukan kloning disk atau partisi, mendukung berbagai format disk, dan sangat berguna untuk migrasi server. Tahapan migrasi menggunakan Clonezilla pada dasarnya melibatkan dua sisi: pengaturan sebagai sumber (source) dan persiapan kloning/migrasi di sisi tujuan. Pada sisi sumber, pengguna perlu mengatur Clonezilla untuk melakukan kloning atau remote source dari disk atau partisi VM yang akan dimigrasikan. Sementara itu, pada sisi tujuan (dalam hal ini Proxmox VE), perlu dipersiapkan VM kosong sebagai target penerima hasil kloning atau migrasi dari Clonezilla. Penggunaan Clonezilla memberikan fleksibilitas lebih dalam menangani skenario migrasi yang kompleks atau melibatkan format disk yang mungkin tidak secara langsung didukung oleh Native Tool Proxmox VE.

    Setelah tahapan migrasi VM menggunakan Clonezilla, kini fokus pada sisi tujuan, yaitu di lingkungan Proxmox VE. Setelah VM kosong disiapkan di Proxmox VE, langkah selanjutnya adalah mengkonfigurasi Clonezilla di sisi tujuan sebagai penerima data kloning atau migrasi. Dalam skenario remote source, Proxmox VE yang menjalankan Clonezilla perlu diatur sebagai destination. Salah satu langkah penting dalam konfigurasi ini adalah memasukkan alamat IP dari server sumber (server ESXi atau server lain yang menjadi sumber VM). Informasi IP ini diperlukan agar Clonezilla di sisi tujuan dapat terhubung dan menerima data disk dari sumber. Proses ini memastikan bahwa data VM dari server sumber dapat ditransfer dan dituliskan ke disk virtual VM kosong yang telah disiapkan di Proxmox VE melalui Clonezilla.

    Pada tahapan akhir dari proses migrasi VM menggunakan Clonezilla. Di sisi kiri, terlihat tampilan antarmuka Clonezilla yang menunjukkan proses migrasi data sedang berlangsung. Progres transfer data ditampilkan dalam bentuk persentase, memberikan indikasi visual mengenai kemajuan proses kloning atau pemindahan data dari sumber ke VM tujuan di Proxmox VE. Setelah proses migrasi data selesai, VM di Proxmox VE dapat dijalankan. Gambar di sisi kanan menunjukkan VM yang berhasil dijalankan, ditandai dengan logo Ubuntu yang muncul pada tampilan konsol. Keberhasilan menjalankan VM setelah proses migrasi menggunakan Clonezilla membuktikan bahwa metode ini merupakan alternatif yang efektif untuk memindahkan beban kerja virtual ke lingkungan Proxmox VE, terutama dalam skenario yang memerlukan fleksibilitas penanganan format disk atau partisi yang lebih spesifik.


    Selanjutnya membahas fitur Clustering pada Proxmox VE, yang memungkinkan pengelompokan beberapa server Proxmox VE menjadi satu kesatuan manajemen. Fitur ini bersifat multi-master, yang berarti tidak ada satu node pun yang menjadi titik tunggal kegagalan untuk manajemen klaster. Pembentukan klaster merupakan prasyarat penting untuk mengaktifkan fitur live migration (memindahkan VM yang sedang berjalan antar server tanpa downtime) dan High Availability (HA), yang memastikan VM dapat secara otomatis dipindahkan ke server lain dalam klaster jika terjadi kegagalan pada satu server. Untuk membuat atau bergabung dengan klaster, pengguna dapat mengakses menu Datacenter pada antarmuka Proxmox VE, kemudian memilih opsi Cluster dan Create/Join Cluster. Melalui fitur clustering ini, Proxmox VE menawarkan skalabilitas dan keandalan yang lebih tinggi untuk lingkungan virtualisasi bisnis.

 Video demonstrasi langsung dari proses konfigurasi Cluster pada Proxmox VE. 


    Pentingnya Shared Storage dalam lingkungan Proxmox VE, terutama dalam konteks fitur-fitur canggih seperti live migration dan High Availability (HA), serta untuk meningkatkan skalabilitas infrastruktur virtualisasi. Shared Storage didefinisikan sebagai sistem penyimpanan yang dapat diakses secara bersamaan oleh beberapa server Proxmox VE dalam sebuah klaster. Keberadaan Shared Storage memungkinkan VM untuk dipindahkan antar server tanpa downtime (melalui live migration) dan untuk dihidupkan kembali secara otomatis di server lain jika terjadi kegagalan pada server asalnya (melalui HA), karena data VM tersimpan di lokasi yang dapat diakses oleh semua node dalam klaster. Proxmox VE mendukung berbagai teknologi Shared Storage populer, termasuk NFS, Ceph, iSCSI, ZFS, dan GlusterFS, memberikan fleksibilitas kepada pengguna dalam memilih solusi penyimpanan yang paling sesuai dengan kebutuhan dan infrastruktur yang mereka miliki.

    Ceph sebagai salah satu solusi penyimpanan terdistribusi yang bersifat open-source dan terintegrasi dengan baik dengan Proxmox VE. Ceph menawarkan beberapa fitur kunci yang menjadikannya pilihan menarik untuk lingkungan virtualisasi, di antaranya adalah skalabilitas (mampu menangani pertumbuhan data dan infrastruktur), keandalan (dirancang untuk meminimalkan risiko kehilangan data), dan kemampuan self-healing (mampu memulihkan diri secara otomatis dari kegagalan komponen). Arsitektur Ceph terdiri dari beberapa komponen utama, termasuk Monitor (memantau status klaster), Manager (mengelola klaster), dan Object Storage Daemon (OSD) yang bertugas menyimpan data aktual. Integrasi Ceph dengan Proxmox VE memungkinkan pengguna untuk membangun infrastruktur penyimpanan yang tangguh dan terukur langsung di dalam lingkungan virtualisasi mereka.

      Video demonstrasi konfigurasi Ceph di lingkungan Proxmox VE. Judul "Ceph Demo (1/2) & (2/2)" 


    Fitur Live Migration yang merupakan salah satu keunggulan utama Proxmox VE dalam lingkungan klaster. Live Migration adalah kemampuan untuk memindahkan mesin virtual (VM) yang sedang berjalan aktif dari satu server fisik ke server fisik lain dalam klaster tanpa mengalami downtime. Fitur ini sangat berguna dalam berbagai skenario, terutama saat server fisik perlu menjalani perbaikan atau pemeliharaan (maintenance). Agar Live Migration dapat berfungsi, beberapa persyaratan harus dipenuhi, yaitu keberadaan klaster Proxmox VE yang telah terkonfigurasi dan adanya shared storage yang dapat diakses oleh kedua server yang terlibat dalam proses migrasi. Gambar di sisi kiri menunjukkan antarmuka Proxmox VE di mana opsi "Migrate" dipilih untuk VM dengan ID 102. Jendela "Migrate VM 102" memungkinkan pengguna untuk memilih target node (server tujuan) untuk migrasi. Di sisi kanan, ilustrasi visual menggambarkan proses pemindahan VM dari satu server Proxmox ke server lain dalam klaster, yang sering dilakukan saat ada rencana pemeliharaan pada server sumber.

    Video Demonstrasi dari fitur Live Migration pada Proxmox VE. 

    fitur High Availability (HA) pada Proxmox VE, yang memungkinkan migrasi VM secara otomatis ke host lain dalam klaster apabila host asal terdeteksi mengalami downtime. Fitur ini bertujuan untuk memastikan kelangsungan layanan dan merupakan solusi untuk disaster recovery. Sama seperti Live Migration, HA juga memerlukan konfigurasi clustering dan shared storage. Selain itu, untuk implementasi HA yang efektif, disarankan untuk memiliki minimal tiga host dalam klaster untuk menghindari kondisi split-brain. Gambar di sisi kiri menunjukkan bagian dari antarmuka Proxmox VE, kemungkinan menampilkan status HA klaster dan sumber daya VM yang dikelola oleh HA. Di sisi kanan, ilustrasi visual menggambarkan skenario disaster recovery di mana satu server mengalami kegagalan (ditandai dengan ikon "X" berwarna merah), dan VM yang berjalan di server tersebut secara otomatis dipindahkan dan dihidupkan kembali di server lain yang sehat (ditandai dengan ikon centang berwarna hijau) dalam klaster. Fitur HA ini meningkatkan ketahanan dan ketersediaan infrastruktur virtualisasi secara signifikan.

    Dalam implementasi High Availability (HA) pada Proxmox VE, konsep Quorum memegang peranan penting. Quorum adalah mekanisme voting di dalam klaster yang bertujuan untuk menjaga konsistensi dan mencegah kondisi split-brain, di mana setiap bagian klaster yang terpisah bertindak seolah-olah merupakan klaster utama. Untuk mencapai quorum dan toleransi terhadap kegagalan (fault tolerance), disarankan untuk memiliki minimal tiga node (server) dalam klaster, dan idealnya berjumlah ganjil. Gambar tersebut mengilustrasikan contoh dengan tiga node, di mana satu node mengalami kegagalan (ditandai dengan ikon "X" merah dan tidak memberikan suara), sementara dua node lainnya masih aktif dan memberikan suara (masing-masing "Vote: 1"). Dengan total dua suara, klaster masih dapat mencapai quorum, sehingga mekanisme HA tetap dapat berfungsi dan mengambil tindakan yang diperlukan jika terjadi kegagalan node. Konsep quorum ini memastikan integritas dan keandalan operasional klaster Proxmox VE dalam skenario HA.

    Demonstrasi visual terkait fitur High Availability (HA) pada Proxmox VE. 


    Pentingnya pencadangan data dalam lingkungan virtualisasi, dan Proxmox VE menyediakan fitur backup yang built-in. Fitur ini memungkinkan pengguna untuk membuat backup VM secara terjadwal dengan berbagai opsi konfigurasi. Gambar di sisi kiri atas menampilkan jendela "Create: Backup Job" di mana pengguna dapat mengatur node mana yang akan di-backup, lokasi penyimpanan backup, jadwal (schedule) dengan berbagai pilihan frekuensi (seperti setiap 30 menit, setiap hari pada jam tertentu, mingguan, bulanan, dll.), mode seleksi VM, dan opsi notifikasi email. Selain fitur backup bawaan, Proxmox VE juga mendukung opsi lain seperti penggunaan Proxmox Backup Server, yang merupakan solusi enterprise-grade untuk pencadangan dan pemulihan, serta integrasi dengan layanan third-party seperti Nakivo dan Veeam untuk solusi backup yang lebih komprehensif. Gambar di sisi kanan bawah secara visual mengilustrasikan proses backup VM ke media penyimpanan. Ketersediaan berbagai opsi backup ini memastikan bahwa pengguna Proxmox VE memiliki fleksibilitas dalam melindungi data virtual mereka sesuai dengan kebutuhan dan skala infrastruktur mereka.


    Video demonstrasi proses "Membuat Backup Job Baru" di Proxmox VE. Terlihat antarmuka Proxmox VE dengan fokus pada menu Storage pada node 'pve1-webinar'. Di bagian kanan, terlihat informasi status dan penggunaan (usage) dari storage yang dipilih, menunjukkan kapasitas total dan ruang yang telah digunakan untuk berbagai jenis data seperti Backup, ISO Images, Container Templates, dan lainnya. Bagian bawah menampilkan grafik penggunaan storage dari waktu ke waktu. Demonstrasi ini kemungkinan akan menunjukkan langkah-langkah detail dalam membuat Backup Job baru, termasuk konfigurasi jadwal, target VM, lokasi penyimpanan, dan opsi-opsi lain yang relevan seperti yang telah dijelaskan pada gambar sebelumnya mengenai fitur Backup.

    Setelah sesi backup VM, kemampuan untuk memulihkan (restore) VM dari backup yang telah dibuat juga merupakan aspek krusial. Pada gambar, terlihat VM dengan ID 100 (Ubuntu) dipilih, dan di panel sebelah kanan, tab "Backup" aktif. Di bawahnya, terdapat daftar file backup yang tersedia untuk VM tersebut, lengkap dengan nama file, tanggal dan waktu pembuatan, format, dan ukuran file. Tombol "Restore Now" terlihat aktif, mengindikasikan bahwa pengguna dapat memilih salah satu file backup ini dan memulai proses pemulihan VM ke kondisi saat backup tersebut diambil. Demonstrasi ini menyoroti kemudahan dalam melakukan pemulihan VM menggunakan fitur built-in Proxmox VE, memastikan bahwa data dan konfigurasi VM dapat dikembalikan dengan cepat jika terjadi masalah atau kegagalan.

    Opsi pencadangan yang lebih canggih menggunakan Proxmox Backup Server (PBS). PBS adalah solusi backup terdedikasi yang dioptimalkan untuk bekerja dengan Proxmox VE. Berbeda dengan fitur backup built-in, PBS dirancang untuk diinstal pada server terpisah di luar lingkungan Proxmox VE, yang memberikan keuntungan dari sisi kinerja dan keamanan. Salah satu fitur unggulan dari PBS adalah kemampuannya untuk melakukan incremental backup, di mana hanya perubahan data sejak backup terakhir yang disimpan, sehingga menghemat ruang penyimpanan dan waktu backup. Selain itu, PBS juga menawarkan fitur deduplikasi, yang menghilangkan duplikasi blok data di berbagai backup, semakin mengoptimalkan penggunaan ruang penyimpanan. Gambar di sisi kanan menampilkan antarmuka PBS, kemungkinan menunjukkan proses penambahan atau konfigurasi tugas sinkronisasi (sync job) untuk mencadangkan data dari server Proxmox VE ke PBS. Penggunaan PBS memberikan solusi pencadangan yang lebih skalabel, efisien, dan kaya fitur untuk lingkungan Proxmox VE.

    Video demonstrasi penggunaan Proxmox Backup Server (PBS) dengan Proxmox VE.

    Nakivo sebagai salah satu solusi third-party untuk backup dan replikasi yang mendukung Proxmox VE. Informasi di bagian bawah gambar menyatakan bahwa Nakivo Backup & Replication saat ini sudah mendukung Agentless Proxmox VE Backup, yang menyederhanakan proses implementasi karena tidak memerlukan instalasi agen di setiap host Proxmox VE. Gambar di sisi kiri menampilkan antarmuka Nakivo, kemungkinan dalam proses pembuatan New Backup Job Wizard for Proxmox VE, dengan tahapan seperti Source, Destination, dan Schedule yang perlu dikonfigurasi. Di sisi kanan, terlihat tampilan "Backup job for Proxmox VE" yang mungkin menampilkan daftar job yang telah dibuat, status, dan opsi pengelolaan seperti Run, Recover, Edit, dan Delete. Penggunaan Nakivo sebagai solusi backup pihak ketiga menawarkan fitur-fitur tambahan dan integrasi yang mungkin lebih sesuai dengan kebutuhan lingkungan virtualisasi yang lebih kompleks atau yang sudah menggunakan produk Nakivo lainnya. Dukungan agentless juga menjadi nilai tambah dalam hal kemudahan pengelolaan.

Video demonstrasi penggunaan Nakivo untuk backup Proxmox VE.

    Proxmox VE adalah platform virtualisasi open-source yang kuat dan serbaguna, dirancang untuk memenuhi kebutuhan bisnis dengan fitur-fitur canggih seperti clustering, live migration, high availability (HA), dan integrasi penyimpanan terdistribusi seperti Ceph. Platform ini memudahkan migrasi dari solusi virtualisasi lain seperti VMware ESXi melalui berbagai metode, termasuk Native Tool, impor file, atau alat pihak ketiga seperti Clonezilla. Dengan antarmuka web yang intuitif dan dukungan untuk manajemen multi-server, Proxmox VE menawarkan skalabilitas, efisiensi biaya (berkat model lisensi per socket), serta kemampuan pemantauan sumber daya secara real-time, menjadikannya solusi ideal untuk lingkungan virtualisasi dari skala kecil hingga besar.  

    Selain fitur intinya, Proxmox VE didukung oleh ekosistem yang komprehensif, termasuk Proxmox Backup Server untuk pencadangan terdedikasi dengan fitur incremental backup dan deduplikasi, serta integrasi dengan solusi pihak ketiga seperti Nakivo untuk kebutuhan backup dan replikasi yang lebih kompleks. Fleksibilitas dalam penyimpanan (mendukung ZFS, NFS, iSCSI, dan lainnya) serta kemampuan disaster recovery melalui HA dan quorum membuatnya cocok untuk lingkungan produksi yang membutuhkan ketersediaan tinggi. Dengan dukungan komunitas global dan pengembangan aktif sejak 2005, Proxmox VE terus menjadi pilihan utama bagi organisasi yang menginginkan virtualisasi andal, hemat biaya, dan berbasis open-source.





Komentar

Postingan Populer